Senin, 30 November 2009

Lolot: Dulu, Emocore, & Sekarang

Lolot 02Made Bawa. Menyebut nama itu, kemungkinan besar orang bakal bengong, bingung siapa sosok tersebut. Tapi jika menyebut satu nama ini: LOLOT, maka publik—khususnya di Bali—yang tadinya riuh menyumpahi plagiarisme D’Masiv, spontan bakal terperanjat terhenyak terdiam.

Di Bali, tempatnya lahir dan dibesarkan, Lolot adalah legenda. Lebih tepat lagi: legenda hidup. Sebutan tersebut rasanya pantas disandangkan kepada pria asli Denpasar itu. Simak cermat statistik berikut: Lolot mampu menjual hingga 60.000—beberapa sumber malah menyebut 75.000—keping untuk album debutnya yang terbit pada bulan April 2003, Gumine Mangkin. Yang mencengangkan adalah bahwa karyanya ini seluruhnya berbahasa Bali serta jauh dari Oriental bin Melayu nan mendayu-dayu (tipikal musik Bali sejak era baheula hingga saat itu). Lolot dengan gagah berani mengusung Punk Rock. Wih. Tak siapa pun pernah menduga sambutan publik bakal sebegitu gempita: sixty friggin’ thousand copies, damn! Belum pernah rasanya ada artis Bali sebelum Lolot mampu semenjulang itu menjual album rekaman.

Efek samping luar biasa lainnya adalah sejak saat itu musik berlirik Bali tak lagi dianggap “kampring” terutama oleh publik muda urban. Mendadak saja mendengarkan lagu Bali menjadi sebuah ritual baru yang cool. Dan fenomena kesuksesan Lolot ini instan menginspirasi masyarakat untuk mengekspresikan dirinya. Musik Bali bak terjengkang bangun dari tidurnya. Biduan lawas serta artis karbitan, seniman dan bukan seniman, kecil, besar, tua juga muda, semua tergerak menulis lagu lalu merekamnya di studio kemudian mengedarkannya ke masyarakat luas. Genre musiknya juga beragam. Ada yang membebek Lolot memainkan Punk Rock—Lolot menyebutnya secara khusus sebagai “Bali Rock Alternative”. Ada yang memilih Hip Hop. Ada yang mencoba Reggae. Ada yang mempraktekkan Heavy Metal. Ada yang keukeuh konservatif mendayu-dayu.
Lolot Bali Rock AlternativeLolot menjadi ikon Musik Bali yang amat unik. Cadas, liar dan apa adanya. Lewat Gumine Mangkin Lolot bertransformasi menjadi idola anak muda baru. Tidak cuma di kalangan orang kebanyakan. Dukungan yang muncul dari kubu underground pun kuat. Benar, jika menilik masa lalunya, Lolot tergolong veteran di skena bawah tanah Denpasar. Sebut saja misalnya keterlibatan dia di awal kemunculan SUPERMAN IS DEAD di mana Lolot merupakan pemain bas paling pertama kala SID masih menggunakan nama Superman’s Silvergun. Lolot juga kerap beraksi di lusinan konser D.I.Y. memainkan Death Metal (!). Pula, bersama saya (ahem), circa 1999, kita pernah tergabung di kelompok EMOCORE REVOLVER—saya di seksi teriak, Lolot menyayat gitar—menggotong Emotionally-Charged-Hardcore Rap, dan malah sempat melahirkan dua single segala (salah satu tembang tersebut bisa disimak-dan-unduh di sini). Juga dengan Igo, mereka dulu rutin berkeliling kampus menyenandungkan Bon Jovi dan sebangsanya. Pendeknya: impresif.

Dengan sokongan gigantik dari figur-figur terhormat macam Gus Mantra sebagai manajer, serta musisi berbakat rekan satu band yaitu Lanang, Denny, & Donny; popularitas Lolot meroket duhai tinggi sekali. Tak cuma besar dalam skala lokal. Tapi juga lintas daerah. Lolot riuh dibicarakan utamanya gara-gara kuantitas penjualan albumnya yang ajaib. Sepertinya Lolot adalah satu dari sejuta—atau sepuluh juta?—seniman berbahasa daerah yang sanggup mencapai tingkat keludesan sefenomenal itu.

Album ke berikutnya menyusul kemudian: Bali Rock Alternative (Mei 2004), Meong Garong (Juni 2005), The Best of Lolot (Juli 2006), serta Saling Caplok (Mei 2007). Respons yang didapatkan cenderung beragam. Lucunya sambutan hangat dari masyarakat tendensinya justru terus menurun, mendingin. Pamor mengkilat Lolot pelan tapi pasti makin meredup dari hari ke hari. Sejawat di band-nya pun memisahkan diri, membentuk kelompok lain dengan biduan baru. Pihak manajemen juga melepaskan ikatan profesionalnya. Whew. Dihadapkan pada dinamika sedemikian liar Made Bawa memilih untuk menjauh dari blantika musik. Dia menyepi menghindari publisitas. Segala rumor yang berkembang tidak terlalu ditanggapinya. Lolot memutuskan vakum.

Lolot 01Vakum? Vakum untuk sementara, maksudnya. Sebab Lolot masih bergairah besar menggeluti musik. Selama menjalani proses alienasinya dengan jagat raya Lolot mengurung diri di studionya dan menulis tembang-tembang baru. Musikator mendapatkan kehormatan memperoleh bocoran 2 karyanya—masih versi mentah, tapi lumayanlah buat ngobatin rindu—yang bakal disertakan di album barunya yang direncanakan terbit pertengahan tahun ini. Yang seru, di albumnya nanti Lolot akan juga menyelipkan lagu berlirik Indonesia. Salah satunya bisa didengar/unduh di sini, bertajuk Pesta. Selain itu kami dari Musikator juga menghadiahi Musikatorians sepasang lagu lawas dari Lolot untuk sekadar sentimental journey, Tresna Memaksa dan Bangsat. Yang lain adalah Confrontational Behaviour, saat saya bareng Lolot masih dalam satu kelompok, Emocore Revolver.

Mari bersulang untuk Lolot!

1 komentar: